Daftar
Isi
BAB
II KAJIAN TEORI…………………………………...............……………………………3-4
A. Pengertian
Bahasa Roh………………………...............……………………………4-5
B. Bahasa
Roh Menurut Kisah Para Rasul
2:1-12…..............…………………………5-6
C. Bahsa
Roh Menurut I Korintus 12-14……………................………………………6-9
III. PENGUNAAN BAHASA ROH………………………......................……………………9
A. Mengunakan
Bahasa Roh dengan Benar…………..................……………………9-11
B. Waktu
Berlakunnya Bahasa Roh…………………................……………………11-12
IV. KESIMPULAN…………………………………………..................……………………13
Daftar Pustaka…………………………………………........................…………………14
BAB
I
PENDAHULUAN
Bahasa
Roh merupakan suatu hal yang sangat diperdebatkan atau dibicarakan di
jemaat-jemaat atau gereja-gereja saat ini, dimana ada kelompok-kelompok
tertentu yang tidak menyetujui mengenai bahasa Roh yang digunakan saat ini,
dipihak lain juga mengatakan bahwa bahasa Roh yang dipakai saat ini yang telah
tersebar di gereja-gereja itu sesuatu yang benar. Dalam hal ini memang sudah
lama diperdebatkan hal ini namun sampai saat ini belum menemukan titi terang
dari masalah itu, sehingga ada banyak diantara orang kristen mengalami
perpecahan. Berbahasa lidah sudah lama dikenal banyak orang di dunia khusunya
gereja-gereja tertentu. Hal itu merupakan sesuatu yang sangat disukai dalam
gereja. Pertanyaan apakah bahasa yang dikenal atau digunakan saat ini adalah
benar-benar karunia dari Allah? Dalam makalah ini penulis membahas mengenai apa
itu bahasa Roh, bahsa Roh yang
terjadi di Kisa Para Rasul dan bahsa Roh yang terjadi di korintus serta
bagaimana mengunakan bahsa roh yang benar serta waktu pengunaanya oleh sebab
itu penulis
berharap dapat memberikan pemahaman yang baru kepada pembaca mengenai
karunia-karunia berbahasa Roh itu sendiri.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Pengertian
Bahasa Roh
Dalam Perjanjian Baru, bahasa roh berasal dari
bahasa Yunani yaitu dari kata “glossa” yang berarti lidah,
organ tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan kata kerja “laleo” yang berarti berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut. Kedua kata
Yunani ini diartikan menjadi “glossolalia” yang artinya bahasa
lidah. Jadi, penggunaan istilah “bahasa roh” kurang tepat untuk digunakan
secara luas. Namun demikian dalam penulisan makalah ini, penulis tetap
menggunakan istilah bahasa roh atau bahasa lidah dimana dalam penggunaan
istilah ini maksud penulis adalah untuk menunjuk kepada istilah yang sama
dengan pengertian “Glossolalia”. Istilah “bahasa lidah”, “bahasa asing”,
“bahasa roh”, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata yang sama yaitu “γλωσσα –
glossa”, “lidah”. Markus 16:17 menulis “γλωσσαις λαλησουσιν καιναις ;
glossais lalesousin kainais[1
Berbicara dengan lidah yang baru”; Kisah Para
Rasul 2:4 menulis “lalein heterais glossais”, “berbicara dengan lidah yang
lain”. Mulai Kisah Para Rasul 10:45 dan seterusnya tidak ada lagi kata
“heteros” (yang lain) maupun “kainos” (yang baru), melainkan kata kerja λαλεω
- laleo, "berbicara" dan “γλωσσα - glossa” "lidah”.
Jadi, baik dalam Kisah Para Rasul maupun surat Korintus menggunakan kata dan
ungkapan yang sama yang dewasa ini dikenal dengan “γλωσσολαλια – glossolalia.
Uraian di atas sejalan dengan pernyataan Paul
Enns dalam bukunya The Moody Handbook of Theology jilid 1, antara lain
mengatakan bahwa, bahasa lidah di Kisah Para Rasul dan Korintus adalah sama.
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bahasa lidah di Korintus berbeda dengan
yang ada di Kisah Para Rasul.
Artinya, ketika kita
berbicara mengenai bahasa roh yang ada di dalam kitab Kisah Para Rasul, kita
tidak bisa mengabaikan kitab 1 Korintus, begitu juga sebaliknya. Hal ini
penting, karena ada yang mengangap bahwa bahasa roh yang ada di dalam kitab
Kisah Para Rasul berbeda atau terpisah dengan yang ada di dalam kitab 1
Korintus. Tujuannya untuk membedakan bahasa roh sebagai tanda dan bahasa roh
sebagai karunia. Namun uraian di atas menjelaskan bahwa keduanya adalah sama,
tidak dapat dibedakan.
B.
Bahasa Roh Yang Ditinjau Dari Kisah Para Rasul
2:1-12
Dalam
Kisah Para Rasul mencatat Kisah 2:4-11 khususnya ayat 4 “Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain,
seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”. Dalam
ayat ini sangat jelas mengatakan bahwa roh kudus yang turun langsung di atas
oran-orang yang ada disitu dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa yang
berebda yaitu bahasa yang disebut bahasa Roh atau bahasa lidah.
1.
Bahasa Roh Bersumber dari Allah ketika murid-murid berbicara dalam bahasa
Roh banyak orang Yahudi dari luar Palestina tercengang mendengar puji-pujian
bagi Allah yang dalam bahasa lidah, (Kisah 2:11). Walaupun umum diterima bahwa
Lukas melaporkan murid-murid itu berbicara dengan bahasa-bahasa asing, namun
keterangan ini tidak diterima oleh seluruh orang. Sehingga mulai saat itu
bahasa lidah dibedakan menjadi dua
bagian mereka menggabungkan “bahsa Roh kedalam karunia-karunia yang lain,
tidak dianggap sebagai karunia tetapi sebagai tanda” dan diteruskan ketika
zaman bapa-bapa Gereja, ada yang menafsirkan ayat 8 itu sebagai mujizat
pendengaran, yang dikerjakan dalam diri pendengar-pendengar. Yang dimaksud
dengan bahasa lidah disini adalah bahasa lidah yang "benar-benar"
merupakan karunia Roh Kudus, bukan bahasa lidah yang dibuat-buat, dipelajari,
atau ditiru, karena karunia berbahasa lidah itu benar-benar dari Allah sendiri.
2.
Prinsip Berbahasa Roh Dalam berbasa lidah atau
berbahasa Roh, rasul Paulus dalam suratnya di Korintus memberikan tiga prinsip
untuk mencegah kekacauan yang terjadi di jemaat di Korintus mengenai berbahsa
lidah (1 Korintus 14: 26-40). yaitu:
a. Berbahasa lidah haruslah tertib, yang
artinya berjalan dengan tertib: seorang demi seorang, tidak bersama-sama, bukan
seluruh jemaat ber doa dengan bahasa secara serentak.
b. Didalam
satu kebaktian, paling banyak hanya dua tau tiga orang yang an bahsa Roh tidak
boleh lebih.
C .Kalau seorang berbicara dalam bahasa
Roh, harus ada penerjemahnya supaya semua orang mengerti. Jadi dapat disimpulkan
ketika ada kekacauan atau tidak sesuai dengan aturan atau prinsip yang rasul
Paulus katakana maka harus dihentikan karena pada saat itu kebiasaan
orang-orang yang ada di Korintus pada saat itu mereka membawa kebiasaan ibadah
mereka sebelum menerima Yesus, sehingga rsaul Paulus menulis hal ini. Karena
“bila roh memberikan karunia berbahasa Roh kepada seorang, roh yang sama
memberikan karunia untuk menerjemahkannya, supaya semua orang mengerti”. .
Secara Alkitabiah tidak menuliskan bahwa bahasa Roh boleh dipelajari dan
diajarkan, tetapi kembali lagi kepada defenisi bahwa karunia tidak boleh
diajarkan dan tidak boleh dimpelajari, karunia itu benar-benar pemberian Allah
secara langsung kepada masing-masing pribadi orang yang dikerjakan oleh Roh
Kudus.
C.
Bahsa Roh
Menurut I Korintus 12-14
Kitab 1 Korintus 12-14
ini seluruhnya merupakan satu kesatuan yang isinya khusus membahas mengenai
karunia-karunia roh. Munculnya surat Paulus kepada jemaat Korintus ini adalah
karena Paulus mendapat kabar bahwa pola kehidupan jemaat di Korintus telah
mengikuti kehidupan dunawi yang meniru gaya kehidupan orang-orang kafir.
Padahal jemaat ini sangat meninggikan karunia bahasa roh melebih karunia
lainnnya. Bagi Rasul Paulus, ini adalah kenyataan yang sangat bertolak belakang
dimana kehadiran suatu karunia rohani tidak diikuti dengan kehidupan rohani
yang memadai, sehingga perlu diluruskan.
Bagian
kitab ini berkaitan erat dengan kitab Kisah Para Rasul yang isinya menceritakan
suatu fakta yang terjadi pada masa peralihan dari Perjanjian Lama masuk kedalam
Perjanjian Baru. Karunia roh yang ada di dalam pasal 14 adalah penjabaran dari
pasal 12, sedangkan pasal 13 merupakan pasal yang menunjukkan Kasih sebagai
dasar utama dari setiap karunia roh.
a. Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus
12 : Di dalam bagian kitab 1 Korintus 12 ini, Rasul Paulus memberikan
beberapa prinsip yang harus diketahui mengenai bahasa roh, yaitu :
1. Setiap orang yang memiliki karunia
bahasa roh, hidupnya tidak bertentangan dengan kehendak Allah atau Firman Allah
(ayat 3). Tanda berbahasa roh itu menjadi tidak penting jika orang yang
berbahasa roh tidak menunjukkan kualitas kehidupan rohani.
2. Semua karunia roh dan karya-karyanya
adalah bersumber dari Allah (ayat 4-6). Karunia Bahasa roh dan hasil dari
karunia tersebut adalah merupakan pemberian atau pekerjaan Roh Kudus, bukan
karena upaya atau jasa manusia, jadi tidak boleh digunakan untuk meninggikan
diri atau menjadikannya untuk menujukkan posisi kerohanian seseorang. Juga
tidak boleh memaksakan orang lain untuk memilikinya.
3. Karunia roh diberikan kepada
masing-masing orang percaya secara khusus sesuai dengan kehendakNya. Kehendak
Allah atas setiap orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus adalah agar
setiap anggota itu menjalankan tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana yang
telah ditetapkanNya menurut panggilan masing-masing.
Dalam ayat 11 ini
dikatakan bahwa “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang
sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti
yang dikehendaki-Nya”. Kalimat huruf cetak miring pada ayat tersebut
menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak memberikan tiap orang karunia yang sama.
Mengenai hal ini juga ditekankan di dalam ayat sebelumnya (8-10) dimana alkitab
mencatat ada 4 kali pengulangan kalimat “kepada yang seorang Roh memberikan
karunia untuk…kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk….. Ini merupakan petunjuk
yang dapat menjelaskan bahwa Roh Kudus memberikan karunia yang berbeda-beda
kepada setiap orang. Kata “menurut yang dikehendakiNya” menunjukkan bahwa dalam
hal pemberian karunia roh, itu adalah merupakan kedaulatan Allah, sehingga kita
tidak bisa memaksakan seseorang untuk mendapatkannya, karena Tuhan pasti akan
memberikan kepada siapa Dia mau memberikannya.
Dalam ayat 29-30
Paulus mengajukan pertanyaan “Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau
pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau
untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk
menafsirkan bahasa roh? Kata “mereka” yang dikemukakan oleh Paulus disini
adalah menunjuk kepada jemaat sebagai anggota tubuh Kristus, yang terdapat pada
ayat sebelumya. Bila dikaitkan dengan konteks satu tubuh banyak anggota, maka
jawaban atas pertanyaan Paulus itu adalah “Tidak”.
Dalam definisi yang
dikemukakan oleh Peter Wagner mengenai bahasa roh, dikatakan bahwa bahasa roh
sebagai kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota
dalam tubuh Kristus. Ia berkata bahasa roh itu diberikan kepada beberapa orang
saja, tidak kepada semua anggota tubuh Kristus. Peter Wagner memberikan
definisi ini karena meyakini bahwa karunia roh diberikan sesuai dengan
panggilan masing-masing orang percaya. Karunia roh diberikan kepada kita
tergantung dari panggilan yang kita miliki, bukan sebaliknya, karunia roh
diberikan lalu panggilannya menyesuaikan. Penegasan lain yang menyatakan bahwa
kepada orang percaya diberikan karunia-karunia yang berlainan terdapat dalam
kitab Roma 12:6a yang berkata : “Demikianlah kita mempunyai karunia yang
berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.” Donald
Bridge & David Phypers menjelaskan bahwa berdasarkan kitab 1 Korintus 12:10
dan 30, Paulus secara jelas menyatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa roh
adalah karunia yang diberikan kepada beberapa orang saja dan tidak kepada yang
lain-lainnya.[4]
4. Karunia roh bertujuan untuk membangun komunitas jemaat Tuhan/bersama
di dalam satu tubuh Kristus (ayat 7, 12-30). Hal ini juga berlaku untuk
karuniabahasa roh, harus berguna bagi jemaat lainnya. Manfred T. Brauch
mengatakan bahwa “Prinsip yang utama dan pokok untuk tindakan Kristen adalah
prinsip kemajuan rohani. Semua kehidupan dan tindakan Kristen seharusnya
diiatur oleh pertanyaan: Apakah ini bermanfaat bagi orang lain? Apakah hal ini
menimbulkan keselamatan dan/atau pertumbuhan iman mereka?”. [5]
Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus 13 :
Pada pasal ini, rasul Paulus lebih banyak berbicara mengenai pentingnya kasih.
Kesimpulan dari pasal ini adalah Kasih lebih utama dari segala karunia-karunia
roh termasuk didalamnya karunia bahasa roh. Karunia yang kecil dan besar suatu
hari akan lenyap (ayat 8-10) tetapi kasih itu abadi. Kasih secara murni
ditujukan kepada orang lain, karean itu Paulus sangat menganjurkan
jemaat-jemaat di Korintus untuk mengejar kasih lebih dari yang lain, sebab jika
seseorang telah memiliki kasih, maka akan mendorong orang itu untuk mengejar atau
menggunakan karunia-karunia yang dapat membangun orang lain.
Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus 14 :
Di dalam bagian ini, Paulus menyampaikan kepada jemaat di Korintus sebuah
pengajaran tentang penggunaan karunia bahasa roh. Pengajaran ini tentu juga berlaku
buat gereja masa kini. Pengajaran tentang penggunaan bahasa roh menurut pasal
ini adalah sebagai berikut :
1 Dalam setiap penggunaan karunia-karunia roh, harus dilandasi
oleh kasih (ayat 1) Ayat pertama dalam pasal 14 ini Paulus mengingatkan pentingnya
Kasih sebagaimana yang dijelaskannya dalam pasal 13 bahwa tanpa adanya kasih
maka semua karunia roh termasuk karunia bahasa roh tentu akan sia-sia.
2. Berbahasa roh ditengah-tengah jemaat hanya dianjurkan jika ada
yang dapat menafsirkannya.
Tanpa penafsiran, maka karunia bahasa roh
hanya digunakan secara pribadi untuk berkomunikasi dengan Allah, melalui doa,
pujian dan ucapan syukur (ayat 2, 13-17, 27-28).
Tanpa penafsiran, maka karunia ini menjadi
tidak lebih penting dari karunia bernubuat, karena karunia bahasa roh tanpa
penafsiran hanya dapat membangun diri sendiri (ayat 4) sedangkan karunia nubuat
dapat membangun iman dan kehidupan rohani jemaat serta mendorong jemaat untuk
setia di dalam Kristus (ayat 5, 12, 16-17, 19-26).
Bahasa manusia yang dimengerti dan dapat
mengajar orang lain lebih berguna dari pada bahasa roh yang tidak dimengerti
dan tidak berpengaruh apa-apa bagi orang lain (ayat 6, 18-19)
3. Bahasa roh harus digunakan secara sopan dan teratur (ayat 33,
40). Disini Paulus mengingatkan agar penggunaan karunia bahasa roh berjalan
dengan tertib, tidak boleh dilakukan dalam keadaan ekstasi atau lepas kendali
(ayat 27-28). Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa bahasa roh adalah
merupakan salah satu bukti manifestasi Roh Kudus namun itu bukanlah
satu-satunya. Manifestasi Roh Kudus tidak selalu ditandai dengan berbahasa roh,
karena bahasa roh itu hanyalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus.
BAB III
PENGUNAAN BAHASA
ROH
A.
Mengunakan Bahasa Roh
dengan Benar
Dalam 1 Korintus 14, Paulus memberikan
pengertian yang jelas tentang bagaimana menggunakan karunia bahasa lidah yang
benar. Menurut Gary W. Summers latar belakang mengapa Paulus menjelaskan hal
ini dalam 1 Korintus 12:1-3, karena ada masalah yang terjadi, dimana beberapa
orang Kristen di Korintus mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh Roh Kudus dan
mengatakan “Terkutuklah Yesus.” Kalau memang pernyataan ini adalah kesimpulan
yang masuk akal mereka ucapkan, maka nasehat Paulus untuk memberi pengertian
adalah benar. Tetapi bagaimana mereka dapat mengatakan hal yang demikian
melalui inspirasi Roh Kudus ? Jelas tidak dapat. Apakah mereka berpura-pura
berbicara seperti dipengaruhi oleh Roh? Barangkali Roh Kudus tidak memberikan
mereka wahyu dalam perhimpunan, sehingga dengan sikap mementingkan diri
sendiri, mereka berpura-pura berbicara seperti Roh Kudus sedang memberi mereka
perkataan.
Mengapa mereka berpikir bisa melakukan itu? Ayat
2 menyatakan bahwa beberapa orang Korintus sebelum menjadi Kristen telah terbiasa
berbicara dalam keadaan tidak sadarkan diri sebagai bagian dari praktek
penyembahan berhala mereka. Mereka telah “dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu”
(2 Timotius 3:6). Mereka telah dipimpin oleh kata hati mereka sendiri
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ini menunjukkan beberapa orang
Korintus mencoba untuk menghidupkan kembali praktek ucapan-ucapan yang
mengherankan (barangkali kata-kata yang tidak berarti atau tidak masuk akal)
seperti saat mereka melakukan penyembahan kepada berhala mereka dulu. Jadi
dalam usaha mereka untuk menggunakan karunia berbahasa lidah, mereka membiarkan
diri dipimpin oleh kata hati yang bersifat psikologis yang pernah mereka alami
sebagai penyembah-penyembah berhala.
Paulus melalui ilham Roh memberikan pengertian
sekaligus nasehat kepada orang Kristen di Korintus bagaimana menggunakan
karunia berbahasa lidah yang benar.
Pertama: bahasa lidah dapat
dipakai jikalau ada yang menterjemahkannya (1 Korintus 14:5,9,11,23,27-28).
Karunia-karunia rohani, termasuk bahasa lidah yang diberikan oleh Roh
Kudus harus digunakan dengan cara yang “sopan dan teratur” (1
Korintus 14: 40) untuk membangun kerohanian setiap anggota jemaat. Tetapi
orang-orang Kristen di Korintus, masing –masing ingin menggunakan bahasa lidah
(atau karunia-karunia rohani yang lainnya) pada waktu yang bersamaan, sehingga
situasi peribadatan menjadi kacau (1 Korintus 14:22,26). Padahal “Allah
tidak menghendaki kekacauan” (1 Korintus 14:40). Situasi
seperti ini tidak akan membangun kerohanian anggota jemaat yang tidak mengerti
apa yang disampaikan oleh seorang yang memiliki karunia berbahasa lidah,
sebaliknya mereka akan mencela (1 Korintus 14:23).
Kedua: Bahasa lidah dapat dipakai bila semua audiens
mengerti apa yang dikatakan oleh orang yang memiliki karunia berbahasa lidah (1
Korintus 14:23). Tetapi apa yang dipraktekkan oleh aliran Pentakosta dan
Karismatik adalah sebaliknya, dimana menurut Gary W. Summers, “banyak di antara
mereka tidak peduli apakah yang mereka katakan itu berarti atau tidak, pokoknya
mereka yakin bahwa Allah sedang berbicara melalui mereka. Jika tidak
seorang pun mengerti apa yang mereka katakan, itu tidak menjadi soal. Mereka
pikir itu adalah bahasa pribadi mereka sendiri, sekaligus jika hal itu terjadi,
maka mereka percaya sebagai bukti mereka telah dibaptiskan dalam Roh Kudus.
Praktek ini hanya berdasarkan emosi dan bukan berdasarkan Kitab Suci. Ini
adalah hal yang menyedihkan karena mereka tidak mengerti firman Tuhan dengan
benar.
Ketiga: orang yang memiliki karunia berbahasa lidah
harus berdiam diri jikalau tidak ada yang menterjemahkan apa yang hendak
dikatakannya (1 Korintus 14:28). Situasi perhimpuan untuk menyembah Tuhan
harus dilakukan “dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24; bdg. 1
Korintus 14: 15). Ini berarti aktivitas rohani “harus berlangsung dengan
sopan dan teratur” (1 Korintus 14: 40). Jika seorang memiliki karunia
berbahasa lidah berbicara dan tidak ada yang menterjemahkan, maka akibatnya
bukan saja kekacauan yang terjadi, tetapi juga orang yang mendengarnya tidak
akan mengerti apa arti perkataannya, meskipun itu firman Allah, sehingga si
pendengar tidak dapat “mengaminkan” (menyetujui) ucapan si pembicara (1
Korintus 14:9,16). Itu “sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa,
tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi -- bagaimanakah orang dapat
mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya
tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan
bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?”,
kata Paulus ( 1 Korintus 14:7-8).
Ke-empat: orang yang memiliki karunia berbahasa lidah hanya boleh berbicara
kepada dirinya sendiri dan kepada Allah jikalau tidak ada penterjemah (1
Korintus 14:28). Mike Cope menjelaskan, “1 Korintus 14:28 tidak mengatakan
bahwa seorang yang berbicara dalam bahasa roh (lidah) berbicara dalam bahasa
yang tidak dimengerti kepada dirinya sendiri dan kepada Allah ketika tidak ada
penterjemahnya. Kelihatannya, konteks ini berarti bahwa seorang itu
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan dengan Allah di dalam bahasa yang
dapat dia mengerti.”
Jika ada praktek bahasa roh yang tidak memenuhi syarat ini, maka
itu sudah pasti palsu!
B. Waktu Berlakunnya Bahasa Roh
Beberapa orang, khususnya aliran Karismatik dan Pentakosta percaya
bahwa sampai saat ini karunia bahasa lidah masih terus diberikan oleh Roh
Kudus secara langsung kepada orang yang dikehendakiNya. Tetapi apakah pendapat
ini benar? Sebaiknya kita dengan pikiran terbuka menyelidiki bagaimana Alkitab
berbicara tentang jangka waktu berlakunya karunia bahasa lidah.
Dalam 1 Korintus 13:8,
Paulus mengatakan bahwa “bahasa roh akan berhenti” Kapan?
1. Karunia bahasa lidah berhenti ketika “yang
sempurna tiba” (1 Korintus 13:10).
Beberapa orang menafsirkan kata ini ditujukan
kepada Yesus, seorang yang sempurna dan yang akan datang. Pendapat salah inilah
yang menuntun mereka untuk percaya bahwa karunia bahasa lidah masih ada, dan
itu akan berhenti ketika Yesus yang sempurna itu datang. Tentu tidak ada orang
yang menyangkal bahwa Yesus sempurna (Ibrani 5:9). Tetapi konteks ini sama
sekali tidak membicarakan hal itu. Kata “yang sempurna” di ayat ini
dalam bahasa Yunani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru) adalah “teleiov”
yang artinya “lengkap”, “sempurna”, “dewasa”.
Pengertian secara luas kata ini adalah “telah mencapai
tahap akhir atau perkembangan penuh.” Ini berarti telah mencapai
kesempurnaan dalam Yesus (Kolose 1:28), telah menjadi dewasa (Efesus 4:13;
Ibrani 5:14).
Selanjutnya dalam 1
Korintus 13:11-12, Paulus memberikan ilustrasi (gambaran) tentang keadaan
jemaat saat itu yang belum dewasa secara rohani, sehingga sangat diperlukan
karunia-karunia rohani untuk membantu jemaat bertumbuh dewasa. Jadi setelah
mereka menerima apa yang mereka butuhkan untuk mencapai kedewasaan maka “yang
tidak sempurna (karunia-karunia rohani) itu akan lenyap” (1 Korintus
14:10).
Vine’s Complete Expository Dictionary
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kata “yang sempurna”
(teleion) yang berarti “lengkap”, ”sempurna”, yang ditujukan pada “penyataan
kehendak dan cara-cara Allah yang sempurna di dalam Kitab Suci yang lengkap.”12
Jadi setelah firman
Allah diteguhkan dengan karunia-karunia rohani (Markus 16:20), yang kemudian
terhimpun dalam bentuk kitab tertulis seperti yang dikehendaki Allah melalui
tulisan tangan orang-orang yang diilhami oleh Roh Kudus (2 Timotius 3: 16; 2
Petrus 1:20, 21), maka saat itulah berakhir karunia-karunia rohani (baca 1
Korintus 12:8-10), termasuk karunia bahasa lidah. Firman Allah sanggup memberi
pertumbuhan rohani ( 1 Petrus 2:2; 2 Petrus 3:18) yang akan membawa kepada
kesempurnaan dalam Kristus ( 2 Timotius 3: 17 “diperlengkapi” lebih tepat
diterjemahkan “sempurna” –“perfect” dalam King James) melalui proses
belajar rutin, objektif dan dengan pikiran yang terbuka (2 Timotius 2:15; 1
Petrus 4:11; Wahyu 22: 18-19). Dengan adanya firman tertulis maka tidak
diperlukan lagi karunia-karunia rohani (yang hanya bekerja saat gereja masih
dalam keadaan infansi).
2. Karunia bahasa lidah berhenti sejak rasul-rasul
Tuhan dan orang-orang yang mendapatkan tumpangan tangan mati.
Seperti yang sudah kita bicarakan
sebelumnya bahwa Alkitab mencatat hanya ada dua peristiwa dimana orang Kristen
abad pertama menerima karunia berbahasa lidah secara langsung, yakni
rasul-rasul pada Hari Raya Pentakosta (Kisah Rasul 2) dan Kornelius serta
seisih rumahnya (Kisah Rasul 10). Sedangkan peristiwa lainnya dengan
penumpangan tangan rasul-rasul, contohnya beberapa murid Yohanes yang ditobatkan
menjadi Kristen oleh Paulus di Efesus (Kisah Rasul 19).
Alkitab menyatakan bahwa
hanya para rasul yang dapat menumpangkan tangan ke atas orang Kristen lainnya
untuk mendapatkan karunia berbahasa lidah. Selain dari pada mereka,
Alkitab tidak menyatakannya. Melalui aksi penumpangan tangan rasul-rasul-lah
Roh Kudus memberikan karunia berbahasa lidah kepada orang yang dikehendakiNYa.
Sejak rasul-rasul sudah mati semuanya, termasuk
Rasul Yohanes yang dipercayai terakhir mati, kira-kira tahun 90-an Masehi, maka
sudah pasti tidak ada lagi yang menjadi pelaksana penumpangan tangan ke atas
orang Kristen untuk mendapatkan karunia berbahasa lidah, demikian juga dengan
orang-orang Kristen yang telah menerima karunia itu semuanya sudah mati. Jadi
sangat masuk akal bahwa karunia bahasa lidah sudah berhenti. Kalau ada, itu
palsu !
BAB IV
KESIMPULAN
Dari
beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya karunia-karunia itu
benar-benar berasal dari Tuhan kepada masing-masing orang yang benar-benar mencari
Dia dengan sungguh-sungguh. Jadi yang disebut karunia itu tidak boleh diajarkan
kepada siapapun, baik pendeta atau orang-orang yang rohaniawan. Sekarang ada
banyak perdebatan mengenai karunia bebahasa lidah ini, dan tidak bisa
dipastikan setiap gereja yang menyukai bahasa ini sesat, tetapi kembali lagi
kepada pribadi masing-masing. Hanya saja seperti yang dituliskan oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di Korintus, semuanya harus berjalan dengan tertib dan
aman. Tidak dengan secara serentak semuanya berbahasa lidah, karena pada saat
itu ada kebiasaan-kebiasaan orang-orang di Korintus menyembah berhala dan
ketika jemaat di Korintus bertobat kebiasaan-kebiasaan itu masih dibawa-bawa.
Sehingga rasul Paulus mengingatkan jemaat korintus bahwa:
1. Bahasa roh adalah
merupakan karunia roh yang diberikan menurut kehendak Roh Kudus kepada beberapa
orang percaya untuk menjalankan tugas dan fungsinya di dalam tubuh Kristus
sesuai dengan panggilannya.
2 Bahasa roh adalah merupakan salah satu bukti
manifestasi Roh Kudus namun itu bukanlah satu-satunya. Manifestasi Roh Kudus
tidak selalu ditandai dengan berbahasa roh, karena bahasa roh itu hanyalah
salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus.
3. Setiap penggunaan bahasa roh harus memuliakan
Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Pdt. Hasan Sutanto, D.Th, Perjanjian Baru Interlinear Yunani –
Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK), (Jakarta : Lembaga
Alkitab Indonesia, 2006), hal. 290
3.
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Jilid 1,
(Malang : Literatur SAAT, 2006), hal. 336.
4.
Donald Bridge & David Phypers, Karunia-Karunia Roh dan
Jemaat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hal. 143.
5.
Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang :
Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), hal. 156.
6.
Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang :
Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), hal. 156.
[1]Pdt. Hasan Sutanto, D.Th, Perjanjian Baru
Interlinear Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK),
(Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), hal. 290
[4]Donald Bridge & David Phypers,
Karunia-Karunia Roh dan Jemaat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hal. 143.
[5]Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit,
(Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), hal. 156.
How to make money at online casinos - Work-to-Earn Money
BalasHapusNo matter the outcome of a sports event or an 1xbet korean event, it's all about money. Money is not just the outcome of a game, it's 카지노사이트 about what you หารายได้เสริม get, and where you