Kamis, 26 Januari 2017

Makalah: Ferson Kakanok " Bahasa Roh "


Daftar Isi

BAB
I           PENDAHULUAN……………………………...............…………………………………2
II         KAJIAN TEORI…………………………………...............……………………………3-4
A.    Pengertian Bahasa Roh………………………...............……………………………4-5
B.     Bahasa Roh Menurut Kisah Para Rasul 2:1-12..............…………………………5-6
C.     Bahsa Roh Menurut I Korintus 12-14……………................………………………6-9
III.       PENGUNAAN BAHASA ROH………………………......................……………………9
A.    Mengunakan Bahasa Roh dengan Benar…………..................……………………9-11
B.     Waktu Berlakunnya Bahasa Roh…………………................……………………11-12
IV.       KESIMPULAN…………………………………………..................……………………13
            Daftar Pustaka…………………………………………........................…………………14


BAB I
PENDAHULUAN

 Bahasa Roh merupakan suatu hal yang sangat diperdebatkan atau dibicarakan di jemaat-jemaat atau gereja-gereja saat ini, dimana ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyetujui mengenai bahasa Roh yang digunakan saat ini, dipihak lain juga mengatakan bahwa bahasa Roh yang dipakai saat ini yang telah tersebar di gereja-gereja itu sesuatu yang benar. Dalam hal ini memang sudah lama diperdebatkan hal ini namun sampai saat ini belum menemukan titi terang dari masalah itu, sehingga ada banyak diantara orang kristen mengalami perpecahan. Berbahasa lidah sudah lama dikenal banyak orang di dunia khusunya gereja-gereja tertentu. Hal itu merupakan sesuatu yang sangat disukai dalam gereja. Pertanyaan apakah bahasa yang dikenal atau digunakan saat ini adalah benar-benar karunia dari Allah? Dalam makalah ini penulis membahas mengenai apa itu bahasa Roh, bahsa Roh yang terjadi di Kisa Para Rasul dan bahsa Roh yang terjadi di korintus serta bagaimana mengunakan bahsa roh yang benar serta waktu pengunaanya oleh sebab itu penulis berharap dapat memberikan pemahaman yang baru kepada pembaca mengenai karunia-karunia berbahasa Roh itu sendiri.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Bahasa Roh
Dalam Perjanjian Baru, bahasa roh berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata glossa” yang berarti lidah, organ tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan kata kerja “laleo” yang berarti berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut. Kedua kata Yunani ini diartikan menjadi “glossolalia” yang artinya bahasa lidah. Jadi, penggunaan istilah “bahasa roh” kurang tepat untuk digunakan secara luas. Namun demikian dalam penulisan makalah ini, penulis tetap menggunakan istilah bahasa roh atau bahasa lidah dimana dalam penggunaan istilah ini maksud penulis adalah untuk menunjuk kepada istilah yang sama dengan pengertian “Glossolalia”. Istilah “bahasa lidah”, “bahasa asing”, “bahasa roh”, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata yang sama yaitu “γλωσσα – glossa”, “lidah”. Markus 16:17 menulis “γλωσσαις λαλησουσιν καιναις ; glossais lalesousin kainais[1
Berbicara dengan lidah yang baru”; Kisah Para Rasul 2:4 menulis “lalein heterais glossais”, “berbicara dengan lidah yang lain”. Mulai Kisah Para Rasul 10:45 dan seterusnya tidak ada lagi kata “heteros” (yang lain) maupun “kainos” (yang baru), melainkan kata kerja λαλεω - laleo, "berbicara" dan “γλωσσα - glossa” "lidah”. Jadi, baik dalam Kisah Para Rasul maupun surat Korintus menggunakan kata dan ungkapan yang sama yang dewasa ini dikenal dengan “γλωσσολαλια – glossolalia.

Uraian di atas sejalan dengan pernyataan Paul Enns dalam bukunya The Moody Handbook of Theology jilid 1, antara lain mengatakan bahwa, bahasa lidah di Kisah Para Rasul dan Korintus adalah sama. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bahasa lidah di Korintus berbeda dengan yang ada di Kisah Para Rasul.
 Artinya, ketika kita berbicara mengenai bahasa roh yang ada di dalam kitab Kisah Para Rasul, kita tidak bisa mengabaikan kitab 1 Korintus, begitu juga sebaliknya. Hal ini penting, karena ada yang mengangap bahwa bahasa roh yang ada di dalam kitab Kisah Para Rasul berbeda atau terpisah dengan yang ada di dalam kitab 1 Korintus. Tujuannya untuk membedakan bahasa roh sebagai tanda dan bahasa roh sebagai karunia. Namun uraian di atas menjelaskan bahwa keduanya adalah sama, tidak dapat dibedakan.

B.     Bahasa Roh Yang Ditinjau Dari Kisah Para Rasul 2:1-12

Dalam Kisah Para Rasul mencatat Kisah 2:4-11 khususnya ayat 4 “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”. Dalam ayat ini sangat jelas mengatakan bahwa roh kudus yang turun langsung di atas oran-orang yang ada disitu dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa yang berebda yaitu bahasa yang disebut bahasa Roh atau bahasa lidah.
1.                Bahasa Roh Bersumber dari Allah ketika murid-murid berbicara dalam bahasa Roh banyak orang Yahudi dari luar Palestina tercengang mendengar puji-pujian bagi Allah yang dalam bahasa lidah, (Kisah 2:11). Walaupun umum diterima bahwa Lukas melaporkan murid-murid itu berbicara dengan bahasa-bahasa asing, namun keterangan ini tidak diterima oleh seluruh orang. Sehingga mulai saat itu bahasa lidah dibedakan menjadi dua bagian mereka menggabungkan “bahsa Roh kedalam karunia-karunia yang lain, tidak dianggap sebagai karunia tetapi sebagai tanda” dan diteruskan ketika zaman bapa-bapa Gereja, ada yang menafsirkan ayat 8 itu sebagai mujizat pendengaran, yang dikerjakan dalam diri pendengar-pendengar. Yang dimaksud dengan bahasa lidah disini adalah bahasa lidah yang "benar-benar" merupakan karunia Roh Kudus, bukan bahasa lidah yang dibuat-buat, dipelajari, atau ditiru, karena karunia berbahasa lidah itu benar-benar dari Allah sendiri.

2.                 Prinsip Berbahasa Roh Dalam berbasa lidah atau berbahasa Roh, rasul Paulus dalam suratnya di Korintus memberikan tiga prinsip untuk mencegah kekacauan yang terjadi di jemaat di Korintus mengenai berbahsa lidah (1 Korintus 14: 26-40). yaitu:
a.         Berbahasa lidah haruslah tertib, yang artinya berjalan dengan tertib: seorang demi seorang, tidak bersama-sama, bukan seluruh jemaat ber doa dengan bahasa secara serentak.
b.         Didalam satu kebaktian, paling banyak hanya dua tau tiga orang yang an bahsa Roh tidak boleh lebih.
C        .Kalau seorang berbicara dalam bahasa Roh, harus ada penerjemahnya supaya semua orang mengerti. Jadi dapat disimpulkan ketika ada kekacauan atau tidak sesuai dengan aturan atau prinsip yang rasul Paulus katakana maka harus dihentikan karena pada saat itu kebiasaan orang-orang yang ada di Korintus pada saat itu mereka membawa kebiasaan ibadah mereka sebelum menerima Yesus, sehingga rsaul Paulus menulis hal ini. Karena “bila roh memberikan karunia berbahasa Roh kepada seorang, roh yang sama memberikan karunia untuk menerjemahkannya, supaya semua orang mengerti”. . Secara Alkitabiah tidak menuliskan bahwa bahasa Roh boleh dipelajari dan diajarkan, tetapi kembali lagi kepada defenisi bahwa karunia tidak boleh diajarkan dan tidak boleh dimpelajari, karunia itu benar-benar pemberian Allah secara langsung kepada masing-masing pribadi orang yang dikerjakan oleh Roh Kudus.

C.    Bahsa Roh Menurut I Korintus 12-14
Kitab 1 Korintus 12-14 ini seluruhnya merupakan satu kesatuan yang isinya khusus membahas mengenai karunia-karunia roh. Munculnya surat Paulus kepada jemaat Korintus ini adalah karena Paulus mendapat kabar bahwa pola kehidupan jemaat di Korintus telah mengikuti kehidupan dunawi yang meniru gaya kehidupan orang-orang kafir. Padahal jemaat ini sangat meninggikan karunia bahasa roh melebih karunia lainnnya. Bagi Rasul Paulus, ini adalah kenyataan yang sangat bertolak belakang dimana kehadiran suatu karunia rohani tidak diikuti dengan kehidupan rohani yang memadai, sehingga perlu diluruskan.

Bagian kitab ini berkaitan erat dengan kitab Kisah Para Rasul yang isinya menceritakan suatu fakta yang terjadi pada masa peralihan dari Perjanjian Lama masuk kedalam Perjanjian Baru. Karunia roh yang ada di dalam pasal 14 adalah penjabaran dari pasal 12, sedangkan pasal 13 merupakan pasal yang menunjukkan Kasih sebagai dasar utama dari setiap karunia roh.
a.         Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus 12 : Di dalam bagian kitab 1 Korintus 12 ini, Rasul Paulus memberikan beberapa prinsip yang harus diketahui mengenai bahasa roh, yaitu :
1.         Setiap orang yang memiliki karunia bahasa roh, hidupnya tidak bertentangan dengan kehendak Allah atau Firman Allah (ayat 3). Tanda berbahasa roh itu menjadi tidak penting jika orang yang berbahasa roh tidak menunjukkan kualitas kehidupan rohani.
2.         Semua karunia roh dan karya-karyanya adalah bersumber dari Allah (ayat 4-6). Karunia Bahasa roh dan hasil dari karunia tersebut adalah merupakan pemberian atau pekerjaan Roh Kudus, bukan karena upaya atau jasa manusia, jadi tidak boleh digunakan untuk meninggikan diri atau menjadikannya untuk menujukkan posisi kerohanian seseorang. Juga tidak boleh memaksakan orang lain untuk memilikinya.
3.         Karunia roh diberikan kepada masing-masing orang percaya secara khusus sesuai dengan kehendakNya. Kehendak Allah atas setiap orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus adalah agar setiap anggota itu menjalankan tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana yang telah ditetapkanNya menurut panggilan masing-masing.
Dalam ayat 11 ini dikatakan bahwa “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya”. Kalimat huruf cetak miring pada ayat tersebut menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak memberikan tiap orang karunia yang sama. Mengenai hal ini juga ditekankan di dalam ayat sebelumnya (8-10) dimana alkitab mencatat ada 4 kali pengulangan kalimat “kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk…kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk….. Ini merupakan petunjuk yang dapat menjelaskan bahwa Roh Kudus memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang. Kata “menurut yang dikehendakiNya” menunjukkan bahwa dalam hal pemberian karunia roh, itu adalah merupakan kedaulatan Allah, sehingga kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk mendapatkannya, karena Tuhan pasti akan memberikan kepada siapa Dia mau memberikannya.
Dalam ayat 29-30 Paulus mengajukan pertanyaan “Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh? Kata “mereka” yang dikemukakan oleh Paulus disini adalah menunjuk kepada jemaat sebagai anggota tubuh Kristus, yang terdapat pada ayat sebelumya. Bila dikaitkan dengan konteks satu tubuh banyak anggota, maka jawaban atas pertanyaan Paulus itu adalah “Tidak”.
Dalam definisi yang dikemukakan oleh Peter Wagner mengenai bahasa roh, dikatakan bahwa bahasa roh sebagai kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota dalam tubuh Kristus. Ia berkata bahasa roh itu diberikan kepada beberapa orang saja, tidak kepada semua anggota tubuh Kristus. Peter Wagner memberikan definisi ini karena meyakini bahwa karunia roh diberikan sesuai dengan panggilan masing-masing orang percaya. Karunia roh diberikan kepada kita tergantung dari panggilan yang kita miliki, bukan sebaliknya, karunia roh diberikan lalu panggilannya menyesuaikan. Penegasan lain yang menyatakan bahwa kepada orang percaya diberikan karunia-karunia yang berlainan terdapat dalam kitab Roma 12:6a yang berkata : “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.” Donald Bridge & David Phypers menjelaskan bahwa berdasarkan kitab 1 Korintus 12:10 dan 30, Paulus secara jelas menyatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa roh adalah karunia yang diberikan kepada beberapa orang saja dan tidak kepada yang lain-lainnya.[4]
4.         Karunia roh bertujuan untuk membangun komunitas jemaat Tuhan/bersama di dalam satu tubuh Kristus (ayat 7, 12-30). Hal ini juga berlaku untuk karuniabahasa roh, harus berguna bagi jemaat lainnya. Manfred T. Brauch mengatakan bahwa “Prinsip yang utama dan pokok untuk tindakan Kristen adalah prinsip kemajuan rohani. Semua kehidupan dan tindakan Kristen seharusnya diiatur oleh pertanyaan: Apakah ini bermanfaat bagi orang lain? Apakah hal ini menimbulkan keselamatan dan/atau pertumbuhan iman mereka?”. [5]
Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus 13 : Pada pasal ini, rasul Paulus lebih banyak berbicara mengenai pentingnya kasih. Kesimpulan dari pasal ini adalah Kasih lebih utama dari segala karunia-karunia roh termasuk didalamnya karunia bahasa roh. Karunia yang kecil dan besar suatu hari akan lenyap (ayat 8-10) tetapi kasih itu abadi. Kasih secara murni ditujukan kepada orang lain, karean itu Paulus sangat menganjurkan jemaat-jemaat di Korintus untuk mengejar kasih lebih dari yang lain, sebab jika seseorang telah memiliki kasih, maka akan mendorong orang itu untuk mengejar atau menggunakan karunia-karunia yang dapat membangun orang lain.
Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus 14 : Di dalam bagian ini, Paulus menyampaikan kepada jemaat di Korintus sebuah pengajaran tentang penggunaan karunia bahasa roh. Pengajaran ini tentu juga berlaku buat gereja masa kini. Pengajaran tentang penggunaan bahasa roh menurut pasal ini adalah sebagai berikut :
1          Dalam setiap penggunaan karunia-karunia roh, harus dilandasi oleh kasih (ayat 1) Ayat pertama dalam pasal 14 ini Paulus mengingatkan pentingnya Kasih sebagaimana yang dijelaskannya dalam pasal 13 bahwa tanpa adanya kasih maka semua karunia roh termasuk karunia bahasa roh tentu akan sia-sia.
2.         Berbahasa roh ditengah-tengah jemaat hanya dianjurkan jika ada yang dapat menafsirkannya.
Tanpa penafsiran, maka karunia bahasa roh hanya digunakan secara pribadi untuk berkomunikasi dengan Allah, melalui doa, pujian dan ucapan syukur (ayat 2, 13-17, 27-28).
Tanpa penafsiran, maka karunia ini menjadi tidak lebih penting dari karunia bernubuat, karena karunia bahasa roh tanpa penafsiran hanya dapat membangun diri sendiri (ayat 4) sedangkan karunia nubuat dapat membangun iman dan kehidupan rohani jemaat serta mendorong jemaat untuk setia di dalam Kristus (ayat 5, 12, 16-17, 19-26).
Bahasa manusia yang dimengerti dan dapat mengajar orang lain lebih berguna dari pada bahasa roh yang tidak dimengerti dan tidak berpengaruh apa-apa bagi orang lain (ayat 6, 18-19)
3.      Bahasa roh harus digunakan secara sopan dan teratur (ayat 33, 40). Disini Paulus mengingatkan agar penggunaan karunia bahasa roh berjalan dengan tertib, tidak boleh dilakukan dalam keadaan ekstasi atau lepas kendali (ayat 27-28). Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa bahasa roh adalah merupakan salah satu bukti manifestasi Roh Kudus namun itu bukanlah satu-satunya. Manifestasi Roh Kudus tidak selalu ditandai dengan berbahasa roh, karena bahasa roh itu hanyalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus.


BAB III
PENGUNAAN BAHASA ROH

A.    Mengunakan Bahasa Roh dengan Benar
Dalam 1 Korintus 14, Paulus memberikan pengertian yang jelas tentang bagaimana menggunakan karunia bahasa lidah yang benar. Menurut Gary W. Summers latar belakang mengapa Paulus menjelaskan hal ini dalam 1 Korintus 12:1-3, karena ada masalah yang terjadi, dimana beberapa orang Kristen di Korintus mengakui bahwa mereka dipengaruhi oleh Roh Kudus dan mengatakan “Terkutuklah Yesus.” Kalau memang pernyataan ini adalah kesimpulan yang masuk akal mereka ucapkan, maka nasehat Paulus untuk memberi pengertian adalah benar. Tetapi bagaimana mereka dapat mengatakan hal yang demikian melalui inspirasi Roh Kudus ? Jelas tidak dapat. Apakah mereka berpura-pura berbicara seperti dipengaruhi oleh Roh? Barangkali Roh Kudus tidak memberikan mereka wahyu dalam perhimpunan, sehingga dengan sikap mementingkan diri sendiri, mereka berpura-pura berbicara seperti Roh Kudus sedang memberi mereka perkataan.
Mengapa mereka berpikir bisa melakukan itu? Ayat 2 menyatakan bahwa beberapa orang Korintus sebelum menjadi Kristen telah terbiasa berbicara dalam keadaan tidak sadarkan diri sebagai bagian dari praktek penyembahan berhala mereka. Mereka telah “dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu” (2 Timotius 3:6).  Mereka telah dipimpin oleh kata hati mereka sendiri dalam keadaan tidak sadarkan diri.  Ini menunjukkan beberapa orang Korintus mencoba untuk menghidupkan kembali praktek ucapan-ucapan yang mengherankan (barangkali kata-kata yang tidak berarti atau tidak masuk akal) seperti saat mereka melakukan penyembahan kepada berhala mereka dulu. Jadi dalam usaha mereka untuk menggunakan karunia berbahasa lidah, mereka membiarkan diri dipimpin oleh kata hati yang bersifat psikologis yang pernah mereka alami sebagai penyembah-penyembah berhala.

Paulus melalui ilham Roh memberikan pengertian sekaligus nasehat kepada orang Kristen di Korintus bagaimana menggunakan karunia berbahasa lidah yang benar.

Pertama:         bahasa lidah dapat dipakai jikalau ada yang menterjemahkannya (1 Korintus 14:5,9,11,23,27-28).  Karunia-karunia rohani, termasuk bahasa lidah yang diberikan oleh Roh Kudus harus digunakan dengan cara yang “sopan  dan teratur” (1 Korintus 14: 40) untuk membangun kerohanian setiap anggota jemaat. Tetapi orang-orang Kristen di Korintus, masing –masing ingin menggunakan bahasa lidah (atau karunia-karunia rohani yang lainnya) pada waktu yang bersamaan, sehingga situasi peribadatan menjadi kacau (1 Korintus 14:22,26). Padahal “Allah tidak menghendaki kekacauan”  (1 Korintus 14:40).  Situasi seperti ini tidak akan membangun kerohanian anggota jemaat yang tidak mengerti apa yang disampaikan oleh seorang yang memiliki karunia berbahasa lidah, sebaliknya mereka akan mencela (1 Korintus 14:23).      
Kedua:                         Bahasa lidah dapat dipakai bila semua audiens mengerti apa yang dikatakan oleh orang yang memiliki karunia berbahasa lidah (1 Korintus 14:23). Tetapi apa yang dipraktekkan oleh aliran Pentakosta dan Karismatik adalah sebaliknya, dimana menurut Gary W. Summers, “banyak di antara mereka tidak peduli apakah yang mereka katakan itu berarti atau tidak, pokoknya mereka yakin bahwa Allah sedang berbicara  melalui mereka. Jika tidak seorang pun mengerti apa yang mereka katakan, itu tidak menjadi soal. Mereka pikir itu adalah bahasa pribadi mereka sendiri, sekaligus jika hal itu terjadi, maka mereka percaya sebagai bukti mereka telah dibaptiskan dalam Roh Kudus. Praktek ini hanya berdasarkan emosi dan bukan berdasarkan Kitab Suci.  Ini adalah hal yang menyedihkan karena mereka tidak mengerti firman Tuhan dengan benar.  
Ketiga:                         orang yang memiliki karunia berbahasa lidah harus berdiam diri jikalau tidak ada yang menterjemahkan apa yang hendak dikatakannya (1 Korintus 14:28).  Situasi perhimpuan untuk menyembah Tuhan harus dilakukan “dalam roh dan kebenaran” (Yohanes  4:24; bdg. 1 Korintus 14: 15). Ini berarti aktivitas rohani “harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1 Korintus 14: 40). Jika seorang memiliki karunia berbahasa lidah berbicara dan tidak ada yang menterjemahkan, maka akibatnya bukan saja kekacauan yang terjadi, tetapi juga orang yang mendengarnya tidak akan mengerti apa arti perkataannya, meskipun itu firman Allah, sehingga si pendengar tidak dapat “mengaminkan” (menyetujui) ucapan si pembicara (1 Korintus 14:9,16). Itu “sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi -- bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang?”,  kata Paulus ( 1 Korintus 14:7-8).
Ke-empat:                   orang yang memiliki karunia berbahasa lidah hanya boleh berbicara kepada dirinya sendiri dan kepada Allah jikalau tidak ada penterjemah (1 Korintus 14:28). Mike Cope menjelaskan, “1 Korintus 14:28 tidak mengatakan bahwa seorang yang berbicara dalam bahasa roh (lidah) berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti kepada dirinya sendiri dan kepada Allah ketika tidak ada penterjemahnya. Kelihatannya, konteks ini berarti bahwa seorang itu berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan dengan Allah di dalam bahasa yang dapat dia mengerti.”
Jika ada praktek bahasa roh yang tidak memenuhi syarat ini, maka itu sudah pasti palsu!


B.     Waktu Berlakunnya Bahasa Roh

Beberapa orang, khususnya aliran Karismatik dan Pentakosta percaya bahwa sampai saat ini karunia bahasa lidah masih terus  diberikan oleh Roh Kudus secara langsung kepada orang yang dikehendakiNya. Tetapi apakah pendapat ini benar? Sebaiknya kita dengan pikiran terbuka menyelidiki bagaimana Alkitab berbicara tentang jangka waktu berlakunya karunia bahasa lidah.

Dalam 1 Korintus 13:8, Paulus mengatakan bahwa “bahasa roh akan berhenti”  Kapan?

1.      Karunia bahasa lidah berhenti ketika “yang sempurna tiba” (1 Korintus 13:10).
Beberapa orang menafsirkan kata ini ditujukan kepada Yesus, seorang yang sempurna dan yang akan datang. Pendapat salah inilah yang menuntun mereka untuk percaya bahwa karunia bahasa lidah masih ada, dan itu akan berhenti ketika Yesus yang sempurna itu datang. Tentu tidak ada orang yang menyangkal bahwa Yesus sempurna (Ibrani 5:9). Tetapi konteks ini sama sekali tidak membicarakan hal itu. Kata “yang sempurna” di ayat ini dalam bahasa Yunani (bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru) adalah “teleiov” yang artinya “lengkap”, “sempurna”,  “dewasa”.   Pengertian secara luas kata ini adalah  “telah mencapai  tahap akhir atau perkembangan penuh.” Ini berarti telah mencapai kesempurnaan dalam Yesus (Kolose 1:28), telah menjadi dewasa (Efesus 4:13; Ibrani 5:14).
Selanjutnya dalam 1 Korintus 13:11-12, Paulus memberikan ilustrasi (gambaran) tentang keadaan jemaat saat itu yang belum dewasa secara rohani, sehingga sangat diperlukan karunia-karunia rohani untuk membantu jemaat bertumbuh dewasa. Jadi setelah mereka menerima apa yang mereka butuhkan untuk mencapai kedewasaan maka “yang tidak sempurna (karunia-karunia rohani) itu akan lenyap” (1 Korintus 14:10).
Vine’s Complete Expository Dictionary  memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai kata “yang sempurna” (teleion) yang berarti “lengkap”, ”sempurna”, yang ditujukan pada “penyataan kehendak dan cara-cara Allah yang sempurna di dalam Kitab Suci yang lengkap.”12

Jadi setelah firman Allah diteguhkan dengan karunia-karunia rohani (Markus 16:20), yang kemudian terhimpun dalam bentuk kitab tertulis seperti yang dikehendaki Allah melalui tulisan tangan orang-orang yang diilhami oleh Roh Kudus (2 Timotius 3: 16; 2 Petrus 1:20, 21), maka saat itulah berakhir karunia-karunia rohani (baca 1 Korintus 12:8-10), termasuk karunia bahasa lidah. Firman Allah sanggup memberi pertumbuhan rohani ( 1 Petrus 2:2; 2 Petrus 3:18) yang akan membawa kepada kesempurnaan dalam Kristus ( 2 Timotius 3: 17  “diperlengkapi” lebih tepat diterjemahkan  “sempurna” –“perfect” dalam King James) melalui proses belajar rutin, objektif dan dengan pikiran yang terbuka (2 Timotius 2:15; 1 Petrus 4:11; Wahyu 22: 18-19). Dengan adanya firman tertulis maka tidak diperlukan lagi karunia-karunia rohani (yang hanya bekerja saat gereja masih dalam keadaan infansi).

2.      Karunia bahasa lidah berhenti sejak rasul-rasul Tuhan dan orang-orang yang mendapatkan tumpangan tangan mati.
Seperti yang sudah  kita bicarakan sebelumnya bahwa Alkitab mencatat hanya ada dua peristiwa dimana orang Kristen abad pertama menerima karunia berbahasa lidah secara langsung, yakni rasul-rasul pada Hari Raya Pentakosta (Kisah Rasul 2) dan Kornelius serta seisih rumahnya (Kisah Rasul 10). Sedangkan peristiwa lainnya dengan penumpangan tangan rasul-rasul, contohnya beberapa murid Yohanes yang ditobatkan menjadi Kristen oleh Paulus di Efesus (Kisah Rasul 19).
Alkitab menyatakan bahwa hanya para rasul yang dapat menumpangkan tangan ke atas orang Kristen lainnya untuk mendapatkan karunia berbahasa lidah. Selain dari pada  mereka, Alkitab tidak menyatakannya. Melalui aksi penumpangan tangan rasul-rasul-lah Roh Kudus memberikan karunia berbahasa lidah kepada orang yang dikehendakiNYa.
Sejak rasul-rasul sudah mati semuanya, termasuk Rasul Yohanes yang dipercayai terakhir mati, kira-kira tahun 90-an Masehi, maka sudah pasti tidak ada lagi yang menjadi pelaksana penumpangan tangan ke atas orang Kristen untuk mendapatkan karunia berbahasa lidah, demikian juga dengan orang-orang Kristen yang telah menerima karunia itu semuanya sudah mati. Jadi sangat masuk akal bahwa karunia bahasa lidah sudah berhenti. Kalau ada, itu palsu !



BAB IV
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya karunia-karunia itu benar-benar berasal dari Tuhan kepada masing-masing orang yang benar-benar mencari Dia dengan sungguh-sungguh. Jadi yang disebut karunia itu tidak boleh diajarkan kepada siapapun, baik pendeta atau orang-orang yang rohaniawan. Sekarang ada banyak perdebatan mengenai karunia bebahasa lidah ini, dan tidak bisa dipastikan setiap gereja yang menyukai bahasa ini sesat, tetapi kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Hanya saja seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, semuanya harus berjalan dengan tertib dan aman. Tidak dengan secara serentak semuanya berbahasa lidah, karena pada saat itu ada kebiasaan-kebiasaan orang-orang di Korintus menyembah berhala dan ketika jemaat di Korintus bertobat kebiasaan-kebiasaan itu masih dibawa-bawa. Sehingga rasul Paulus mengingatkan jemaat korintus bahwa:
1.         Bahasa roh adalah merupakan karunia roh yang diberikan menurut kehendak Roh Kudus kepada beberapa orang percaya untuk menjalankan tugas dan fungsinya di dalam tubuh Kristus sesuai dengan panggilannya.
2          Bahasa roh adalah merupakan salah satu bukti manifestasi Roh Kudus namun itu bukanlah satu-satunya. Manifestasi Roh Kudus tidak selalu ditandai dengan berbahasa roh, karena bahasa roh itu hanyalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus.
3.         Setiap penggunaan bahasa roh harus memuliakan Tuhan.


DAFTAR PUSTAKA

1.                   Pdt. Hasan Sutanto, D.Th, Perjanjian Baru Interlinear Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK), (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), hal. 290
2.                   Karunia Bahasa Roh, (2013), Diakses dari situs http://www.sarapanpagi.org
3.                   Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Jilid 1, (Malang : Literatur SAAT, 2006), hal. 336.
4.                   Donald Bridge & David Phypers, Karunia-Karunia Roh dan Jemaat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hal. 143.
5.                   Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), hal. 156.
6.                   Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), hal. 156.






[1]Pdt. Hasan Sutanto, D.Th, Perjanjian Baru Interlinear Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK), (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), hal. 290
[2]Karunia Bahasa Roh, (2013), Diakses dari situs http://www.sarapanpagi.org

[3]. Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Jilid 1, (Malang : Literatur SAAT, 2006), hal. 336.

[4]Donald Bridge & David Phypers, Karunia-Karunia Roh dan Jemaat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hal. 143.

[5]Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang : Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1997), hal. 156.


1 komentar:

  1. How to make money at online casinos - Work-to-Earn Money
    No matter the outcome of a sports event or an 1xbet korean event, it's all about money. Money is not just the outcome of a game, it's 카지노사이트 about what you หารายได้เสริม get, and where you

    BalasHapus